MANADO – Sebagai rangkaian dalam rangka memperingati Hari Air Dunia Ke-30, Balai Wilayah Sungai Sulawesi I bekerjasama dengan Universitas Sam Ratulangi Manado dan Himpunan Ahli Teknik Hidraulik Indonesia (HATHI), menggelar webinar bertajuk “Potensi Dan Pengelolaan Air Tanah Di Sulawesi Utara”. Webinar yang digelar pada Kamis (24/03/2022) siang itu menghadirkan 5 orang narasumber, 1 keynote speaker, dan diikuti oleh 200-an peserta dari berbagai unsur-unsur lembaga pusat atau daerah, akademisi, stakeholder terkait, sampai masyarakat.
Acara diawali dengan sambutan dan paparan singkat oleh Kepala Balai Wilayah Sungai Sulawesi I, I Komang Sudana. Dalam sambutannya Sudana menyampaikan apresiasi kepada seluruh peserta yang berkesempatan hadir dalam webinar tersebut, sekaligus mengajak seluruh peserta untuk turut aktif memberikan feedback dalam diskusi maupun sesi tanya jawab dalam kegiatan webinar yang berlangsung.
Sementara dalam paparannya tentang “Potensi dan Pengelolaan Air Tanah di Sulawesi Utara”, Sudana menyampaikan harapan ke depannya pengelolaan air tanah harus mengedepankan azas keberlanjutan, sehingga bisa dimanfaatkan oleh petani dan masyarakat secara terus menerus.
“Tujuannya agar bisa tercipta ketersediaan air tanah yang sinergis dan berkesinambungan,” kata Sudana.
Selanjutnya Dwi Agus Kuncoro, Kepala Sub Direktorat Air Tanah dan Air Baku Kementerian PUPR yang menggantikan Direktur Air Tanah dan Air Baku Iriandi Azwartika sebagai Keynote Speaker dalam paparannya menyampaikan tentang “Zona Proteksi Air Tanah Sebagai Sumber Air Baku” dalam rangka Melestarikan Air Tanah Agar Berkesinambungan (MANTAB).
Dwi Agus Kuncoro menyinggung soal kondisi Sulawesi Utara yang memiliki banyak pulau-pulau kecil berpenghuni. Katanya, pengelolaan air, terutama pemanfaatan air tanah, di pulau-pulau tersebut harus memperhitungkan kondisi ketersediaan air tanah.
“Mesti ada penelitian lebih dalam soal ketersediaan air tanah di situ, dan di kedalaman berapa layaknya air tersebut. Jangan sampai dibor terlalu dangkal atau terlalu dalam,” ujar Kuncoro.
Dekan Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi Manado Prof. Fabian J. Manoppo sebagai pembicara pertama memaparkan tentang “Potensi Air Tanah di Kota Manado dan Sekitarnya serta Upaya Pengendaliannya”. Prof Fabian mengungkapkan kedalaman titik potensi air tanah dengan kapasitas yang besar di Kota Manado.
Seperti di Tikala dan sekitarnya ada di kedalaman 250-300 meter, di Tuminting dan sekitarnya hanya di 0-90 meter.
“Artinya, pengeboran untuk air tanah harus tepat kedalamannya,” katanya.
Pembicara lainnya berturut tentang “Potensi dan Pengelolaan Air Tanah” yang dibawakan langsung oleh Kepala Balai Teknik Air Tanah, Ahmad Taufiq. Selanjutnya materi ketiga “Perencanaan Teknis Air Tanah” dibawakan oleh Wahyu Hartono, Praktisi Air Tanah Direktorat Jenderal Sumber Daya Air. Selanjutnya Paparan mengenai “Potensi dan Pengelolaan Air Tanah di Provinsi Sulawesi Utara” oleh Kepala Bidang Geologi Dinas ESDM Sulut Frobel Tangkulung. Dan yang terakhir paparan mengenai “Pengelolaan Air Tanah di Desa Kembang Sari” yang dibawakan oleh, I Putu Sutarjana, mewakili Kelompok Tani Sri Rahayu Desa Kembang Sari, Bolmong.
Tangkulung dalam paparannya menyentil soal pemberian izin untuk pemanfaatan air tanah. Katanya, karena di beberapa wilayah, sesuai hasil penelitian termasuk memiliki potensi rendah, sehingga perlu pengaturan dalam pemberian izin pemanfaatan.
“Untuk perizinan sebaiknya mendahulukan kebutuhan rakyat. Artinya perizinan untuk perusahaan besar perlu diperketat, dan untuk rakyat perlu dipermudah,” ujarnya.
Sedangkan Kuncoro menegaskan bahwa meski secara ilmiah air tanah tidak akan habis, namun perlu ada upaya proteksi air tanah untuk keberlanjutan ketersediaannya.
“Baik proteksi dari bahan kimia berbahaya, bakteri, hingga pada perlindungan daerah resapan sumur air tanah atau mata air,” ujar Kuncoro.(red)