Bisnis dan EkonomiLingkunganPariwisataPemerintahanSitaroSulut

Menikmati Bawah Laut Spektakuler di Perairan Mahoro, Siau

1243
×

Menikmati Bawah Laut Spektakuler di Perairan Mahoro, Siau

Sebarkan artikel ini

Gaya Pegawai BI Sulut Kerja Memantau Potensi Ekonomi di Daerah Sambil Menyalurkan Hobi (1)

Kepala BI Sulut Andry Prasmuko saat menyelam di Mahoro Daseng, Siau. (Foto: Ig @kolankkolink)

Bank Indonesia (BI) tidak saja bertugas menjaga roda ekonomi dengan berbagai kebijakan makro ekonomi khususnya urusan perbankan, tapi sampai pada membina UMKM dan petani. Sebagai anggota Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID), BI turun sampai ke desa-desa memastikan ekonomi berjalan normal.

Peliput/Editor: Bahtin Razak

Wajah Andry Prasmuko berseri saat menaiki tangga perahu usai melakukan penyelaman. Sesaat sesudah berada di dalam perahu berukuran 13 x 3,90 meter khusus penumpang penyelam itu, Andry langsung bersuara sambil berkelakar dengan sesama penyelam.
“Wih, arusnya kencang. Saya sampai pegal kakinya karena terus kicking untuk melawan arus,” kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia Sulawesi Utara ini menceritakan pengalaman yang baru saja dialaminya di bawah laut di titik penyelaman Mahoro Daseng, Pulau Mahoro, Siau.
“Loh, mana Sugi? (Sugianto, ajudannya). Masih enak-enak kita di bawah malah cepat-cepat ke atas. Bisa celaka, loh, kalau buru-buru ke atas. Harus bertahap, tidak bisa langsung meluncur gitu,” katanya diiyakan para pendamping penyelaman.
“Saya aja sudah di kedalaman lima meter mau cepat-cepat ke atas, tapi jam (jam tangan khusus penyelaman) saya melarang, hahaha. Disuruh naik pelan-pelan dan bertahap ke permukaan air,” ungkap Andry lagi.

Di tengah perbincangan santai antara para penyelam itu, tiba-tiba Vincent Polii-fotografer spesialis bawah laut yang diajak rombongan BI Sulut-menunjukkan layar kamera bawah laut yang masih terbungkus pelindung kedap air.
“Ini foto momennya sangat kadang-kadang. Warnanya yang kompleks, di lorong sempit antara dinding batu berkarang. Warna air juga biru sangat jernih,” kata fotografer khusus bawah laut ini.
“Ini Pak Andry,” katanya berbisik kepada saya yang berada di sampingnya. “Foto ini kalau ditunjukkan ke Pak Gubernur (Gubernur BI Perry Warjiyo), bisa-bisa iri beliau,” ujar pria yang biasa disapa Kolink-merujuk nama akun Instagramnya: @kolankkolink
“Iya, iya, nanti saya akan tunjukkan ke beliau,” Andry langsung menimpali.

Mendapat penjelasan dari guide master Elrit Kansil sebelum turun menyelam

Andry bercerita, hanya butuh kedalaman tiga meter dari permukaan air di titik penyelaman tersebut penyelam sudah bisa menikmati pemandangan bawah laut yang spektakuler. Katanya, ada karang warna warni dan berbagai jenis ikan.
“Karangnya punya karakteristik sendiri. Bentuk bebatuan yang dihidupi karang juga beda dengan lokasi lain yang pernah saya selami. Di sini ada batu kayak meja besar, mungkin bekas lelehan lava gunung api di sini, yang ditumbuhi macam-macam karang,” katanya.
“Iya, karena visibility (jarak pandang) yang jauh sehingga kita bisa melihat pemandangan yang lebih jauh. Mungkin lebih dari 25 meter. Airnya jernih sekali,” Donny Wirawan, Asisten Deputi UMKM BI Sulut, turut berkomentar.

Titik penyelaman di lorong V. (foto: Ig @kolankkolink)

Andry menambahkan, yang paling spektakuler dan menantang adalah titik penyelaman di lorong sempit berbentuk huruf V.
“Di tempat lain memang ada lokasi (berbentuk V) seperti itu, tapi ini sempit. Mungkin hanya bisa dua orang,” ungkapnya. “Lokasinya menantang juga karena arusnya deras. Butuh usaha yang sangat keras untuk bertahan lebih lama di lokasi itu. Mungkin itu yang bikin Sugi cepat naik (ke permukaan) karena harus banyak kicking (mendayung dengan kaki yang memakai fins atau kaki katak),” ujarnya.
“Iya pak, saya yang memfoto terlempar ke kiri dan ke kanan karena harus bertahan jangan sampai mundur terlalu jauh,” ujar Vincent.
Elrit Kansil, guide master yang memimpin penyelaman itu menjelaskan, ada beberapa titik penyelaman yang boleh dinikmati penyelam. Dan hari itu, Selasa (8/10/2024) pagi hingga siang penyelam hanya diantar untuk dua lokasi, yakni Mahoro Daseng dan Mahoro Wall.
“Masing-masing spot punya keunikan tersendiri. Tapi yang dominan adalah dinding miring bagian daratan pulau hingga ke dasar laut. Kira-kira lebih dari 50 meter sampai ke dasar. Semuanya ditumbuhi karang yang masih utuh,” ungkap pria yang identik dengan rambut gimbal dikuncir ini.
Di saat sembilan orang: lima personil BI Sulut (Andry, Donny Wirawan, Ryan Arifiansyah, Theo, dan Sugianto) dan empat orang guide (Elrit, Buyung, Vincent, dan Jhonly) menyelam, empat staf BI Sulut memilih untuk snorkeling.
Mereka mengambil posisi di titik terowongan (bagian mirip teluk di sisi timur pulau antara titik Mahoro Daseng dan titik Mahoro Wall). Di terowongan yang sering ditutupi air jika air pasang dan bergelombang itu, banyak jenis ikan kecil dan karang bertebaran.
“Karang-karangnya cukup besar. Warna-warni. Ikan juga, meski masih kecil-kecil tapi banyak,” ungkap Citra. “Ya, kalau snorkeling di situ tempatnya. Kedalamannya tiga sampai lima meter,” kata Elrit menambahkan.
Dari terowongan situ juga terlihat burung walet beterbangan dan kelelawar bergelantungan di bebatuan dinding terowongan itu. Di saat mereka snorkeling, suasana teduh karena matahari masih tertutupi pepohonan di pulau itu.

Bersiap turun di titik Mahoro Wall

Usai dari Mahoro Daseng, berselang hampir sejam, penyelaman kedua berpindah ke Mahoro Wall. Setelah mendapat pembekalan singkat dari pimpinan guide, Elrit, tentang lokasi turun dan naik, kondisi titik penyelaman, kedalaman maksimal, serta prakiraan kondisi suhu di dalam air, tujuh penyelam: tiga dari BI dan empat guide, melakukan rolling on atau mencebur ke air hampir pukul 11 siang.
Selama tujuh orang ini melakukan penyelaman, personil lain yang tidak ikut menyelam memilih untuk snorkelling di pinggiran Mahoro Wall. Menurut mereka yang lebih dulu snorkelling di titik terowongan Mahoro Daseng, meski karang dan ikannya tidak seramai di titik pertama, namun kondisi visibility airnya sama: sangat jauh.
Bahkan, mereka yang sedang menyelam terlihat jelas dengan snorkelling walaupun ukuran badan lebih kecil.
“Wiihh, ada Bapak (Andry, red) di bawah. Kelihatan jelas sekali, tapi, agak kecil. Jauh itu ya?” ujar Citra sambil bertanya saat memunculkan kepalanya di atas permukaan air.
Setelah beberapa menit, satu per satu penyelam timbul di permukaan air. Menurut Donny Wirawan, airnya memang sangat jernih. Saat berada di kedalaman lebih dari 20 meter, dia bisa melihat ke atas permukaan air mereka yang sedang snorkeling.
“Sangat jelas terlihat dari bawah waktu kalian snorkeling. Saya berada di kedalaman kira-kira 20an meter,” ungkapnya.
Memang, dari atas, sewaktu kami snorkeling sangat jelas nampak beberapa orang yang sedang menyelam di pinggiran dinding Pulau Mahoro. Ukuran badan orang-orang itu lebih kecil, hampir separuh dari ukuran normal ketika dipandang di permukaan air. Yang paling kentara adalah Theo, karena staf bagian Logistik BI Sulut ini baju selamnya ada kelir warna biru. Sedangkan penyelam yang lain seluruhnya hitam, sehingga susah dibedakan.
Jelang pukul 12 siang, para penyelam bermunculan ke permukaan satu per satu. Setelah berada di atas perahu milik Harry Kakunsi itu kelakar demi kelakar tentang pengalaman selama hampir sejam menyelam di Mahoro Wall itu pun bersahut-sahutan.
Andry Prasmuko menyelutuk: “Susah sekali ngejar Pak Camat karena berenangnya terlalu cepat. Arusnya padahal agak kencang,” ujar Andry sesaat setelah berada di perahu.
‘Pak Camat’ yang dimaksud adalah Camat Siau Barat, Buyung Mangangue yang turut dalam rombongan menyelam itu. Sosok yang doyan berguyon itu pun membalas celutukan Andry: “Ah, striker (sepakbola) kok dikejar. Yah, pasti cepat larinya, dong. Hahaha,” celutuk birokrat yang juga sebagai dive master dan pecinta lingkungan ini.
Setelah selesai menyelam dan snorkeling, perahu pemilik Limangu Dive ini diarahkan ke Pulau Pahepa untuk makan siang. ‘Sang Camat’ sebagai penunjuk arah ke salah satu dusun di Desa Pahepa, Kecamatan Siau Timur Selatan, ini karena dia yang jadi ‘EO’ makan siang. (bersambung)