BeritaPemerintahanPublikSangihe

Saksi Hidup Tragedi G30S PKI dan Pengasuh Ade Irma Nasution, Oma Alpiah Makasebape Tutup Usia

1141
×

Saksi Hidup Tragedi G30S PKI dan Pengasuh Ade Irma Nasution, Oma Alpiah Makasebape Tutup Usia

Sebarkan artikel ini
Pj Bupati Sangihe Albert Wounde dan ibu saat menjenguk Oma Alpiah, 30 September 2024 lalu.

SANGIHE, gosulut.com – Kabar duka datang dari Oma Alpiah Makasebape. Pengasuh Ade Irma Suryani Nasution, ini meninggal dunia pada Rabu 23 Oktober 2024, di usia 88 tahun, di kediamannya di Kelurahan Dumuhung, Kecamatan Tahuna Timur sekitar pukul 09.00 pagi.

Sekadar referensi, Oma Alpiah merupakan salah satu saksi hidup dari tragedi penculikan Jenderal Abdul Harris Nasution dalam Gerakan 30 September (G30S) PKI pada tahun 1965. Ade Irma, putri Nasution yang diasuh oleh Oma Alpiah, menjadi korban penembakan.

Oma Alpiah, yang dikenal sebagai Oma Tintang, tinggal di Kelurahan Dumuhung, Kecamatan Tahuna Timur, Kabupaten Kepulauan Sangihe. Ia adalah salah satu dari sedikit saksi sejarah dan pernah mengalami langsung peristiwa tragis yang mengguncang Indonesia itu.

Kisah hidup Oma Alpiah terikat erat dengan peristiwa memilukan G30S/PKI, ketika ia menyaksikan Ade Irma yang saat itu baru berusia 5 tahun ditembak saat berusaha melindungi ayahnya dari upaya penculikan oleh pasukan pemberontak.
Ade Irma kemudian meninggal dunia setelah menjalani perawatan intensif selama enam hari di RSPAD Gatot Soebroto.

Tentang Oma Alpiah, perempuan ini lahir di Tamako, Kabupaten Kepulauan Sangihe, pada 25 Desember 1936. Oma Alpiah sempat merantau ke berbagai tempat, termasuk Manado, hingga Jakarta, untuk mencari nafkah. Pada tahun 1960, ia dipilih oleh Johana Sunarti Nasution, istri Jenderal Nasution, untuk mengasuh anak mereka yang baru lahir, Ade Irma Suryani Nasution.

Peristiwa tragis itu terjadi di pagi hari, ketika suara tembakan menghujam rumah Jenderal Nasution. Kakak Ade Irma, Yanti, awalnya mengira suara tersebut adalah ledakan dari pendingin ruangan, tetapi kenyataannya jauh lebih kelam. Ade Irma, ditembak sebanyak tiga kali.

Kepergian Oma Alpiah ke Sang Pencipta, pagi ini, meninggalkan duka mendalam, terutama bagi masyarakat Sangihe yang mengenal sosoknya sebagai penjaga memori sejarah kelam Indonesia.
Sebagai saksi hidup dari salah satu peristiwa terpenting dalam sejarah bangsa, kehadiran dan kisahnya akan selalu diingat. (d’frendy)