MANADO, gosulut.com – Duduk seorang diri di sisi kiri bagian balkon, pria ini memperhatikan layar besar di belakang panggung Ruang Mapalus Kantor Gubernur, Rabu (18/09/2024). Di layar itu roda undian berwarna merah terus berputar, sambil sesekali meredup berganti dengan tulisan nama blok berisi angka dan huruf. Di sisi kiri atas tertulis: CABUT UNDI HUNIAN PASCA BENCANA ERUPSI LAINGPATEHI.
Beberapa saat kemudian dia berdiri dan mendekat ke pagar balkon, dan berbicara dengan bahasa daerah–kemungkinan Bahasa Siau–kepada seorang pria paruh baya.
“Kalau itu ayah saya. Beliau sudah mengungsi ke pengungsian di Sagerat Bitung sejak awal bencana (erupsi Gunung Ruang),” kata pria bernama Jemmy Awumbas ini.
“Kalau saya masih di Pulau Tagulandang karena pekerjaan belum habis kontrak,” ungkap petugas pendamping desa di Tagulandang ini.
Katanya, dia harus datang dalam undian lokasi hunian tetap di Desa Modisi, Kecamatan Pinolisian Timur, Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan, ini karena ingin memastikan namanya masuk dalam pembagian rumah tersebut.
“KTP saya Desa Laingpatehi. Cuma karena pekerjaan saja sehingga saya masih di Tagulandang,” ujarnya. “Kalau sudah menetap di Modisi, mungkin saya tetap kerja sebagai pendamping desa, cuma lokasinya di Bolsel,” kata Jemmy.
Keluarga Jemmy merupakan salah satu dari 282 KK penerima rumah bantuan pemerintah di lokasi relokasi erupsi Gunung Ruang di Desa Modisi. Undian yang digelar Dinas Perumahan Permukiman dan Pertanahan Sulut ini disaksikan langsung Wakil Gubernur Sulawesi Utara, Drs Steven Kandouw.
Wagub menyatakan penangganan bencana Gunung Ruang merupakan kolaborasi yang luar biasa, cepat, dan tanggap. Wagub juga dalam sambutannya memberikan penguatan kepada para korban, bahwa musibah tidak ada yang mengetahuinya.
“Tapi dengan musibah ini, kita cepat diberikan jalan keluar. Kolaborasi pemerintah, baik provinsi dan Kabupaten Sitaro dan Bolsel, serta pihak lainnya. Ini kolaborasi yang luar biasa, cepat, dan tanggap,” tuturnya.
Wagub Kandouw juga mengingatkan kepada warga yang mendapatkan rumah supaya unit yang diberikan tidak diperjualbelikan.
“Ingat, jangan dijual rumah ini. Pemkab Bolsel harus mengawasi,” tegasnya.
Sementara Kepala Balai Pelaksanaan Penyediaan Perumahan (BP2P) Sulawesi 1 Recky Lahope menyebutkan pemerintah menugaskan kepada pihaknya menyiapkan 287 unit rumah. Yang terbagi atas 282 unit untuk warga dan lima unit sebagai pastori atau rumah dinas pimpinan gereja.
“Tipenya 36 dengan 2 kamar, sama dengan rumah hunian tetap relokasi bencana di Amurang,” kata Lahope.
Disebutkan juga, penyelesaiannya molor dari rencana, Oktober. Nanti akan selesai Desember 2024.
“Karena lokasinya belum clear. Harus cut and fill karena ada pengerukan bukit yang tinggi dan timbunan jurang hingga tujuh meter,” ujarnya didampingi PPK Rusun dan Rusus, Lanny Mamudi. “Selesai Oktober itu hitungannya bila rumah langsung bangun. Tapi kita harus menata lahannya dulu. Sampai sekarang pekerjaannya bersamaan: bangun unit rumah dan penataan lahan,” tambahnya.
Jemmy pun sudah memprediksi bahwa lokasi tersebut siap ditempati nanti Desember.
“Iya, sepertinya Desember. Tadi juga sudah diinformasikan oleh pemerintah. Saudara saya juga sudah ke Modisi, informasi dari pelaksana juga kemungkinan Desember,” ungkap Jemmy seraya berharap Desember seluruh warga sudah menempati lokasi karena sudah lima bulan di lokasi pengungsian.
Sekadar referensi, para korban yang berjumlah 282 KK yang akan mendapatkan rumah khusus korban bencana itu berasal dari dua desa di Pulau Ruang, yakni Desa Laingpatehi dan Pempente. Mereka mengungsi sejak akhir April usai letusan pertama dan awal Mei saat letusan kedua. Pengungsi sebagian besar ditampung di Rusun Sagerat Bitung dan LPMP Pineleng, serta sebagian menumpang di rumah-rumah saudara mereka di Manado dan Minut.
Pencabutan undi ini disaksikan juga oleh Penjabat Bupati Sitaro Joi Oroh, Sekda Bolsel Arvan Ohi, Kadis Perkimtan Sulut Alex Wattimena, Kasie Pembinaan Kejati Sulut, dan pejabat terkait lainnya.(**)
Peliput/Editor: Bahtin Razak