Bencana AlamKesehatanPemerintahanSitaro

200-an Anak di Tagulandang Ikuti Trauma Healing

1011
×

200-an Anak di Tagulandang Ikuti Trauma Healing

Sebarkan artikel ini

TAGULANDANG, gosulut.com – Pemerintah Kabupaten Kepulauan Sitaro melalui Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana (P3AP2KB) bekerja sama dengan Ikatan Psikolog Klinis Indonesia Sulawesi Utara menggelar kegiatan trauma healing bagi anak-anak yang terdampak erupsi Gunung Ruang.
Kegiatan ini diadakan di Pendopo Kecamatan Tagulandang, dan diikuti oleh 200-an anak serta anggota Forum Anak Daerah di Kabupaten Kepulauan Sitaro.
Kepala Dinas P3AP2KB Sitaro, Febiola Papona menyebutkan kegiatan trauma healing ini bertujuan untuk membantu anak-anak yang mengalami dampak psikologis akibat bencana erupsi agar dapat pulih dan kembali menjalani kehidupan sehari-hari dengan normal.
Papona menambahkan, trauma healing menjadi langkah penting dalam upaya pemulihan pasca bencana, terutama bagi anak-anak yang rentan terhadap gangguan emosional dan psikologis. Demikian juga pentingnya memberikan perhatian khusus pada kondisi psikologis anak-anak pasca bencana.
“Anak-anak adalah kelompok yang paling rentan saat terjadi bencana. Oleh karena itu, kami berupaya memberikan dukungan psikologis agar mereka dapat pulih dan kembali merasa aman serta nyaman,” ujarnya.
Tim dari Ikatan Psikolog Klinis Indonesia Sulawesi Utara memberikan berbagai kegiatan yang dirancang khusus untuk membantu anak-anak mengatasi trauma. Kegiatan tersebut meliputi sesi permainan, bercerita, serta terapi kelompok yang bertujuan untuk mengurangi rasa cemas dan takut yang dialami oleh anak-anak.
“Melalui pendekatan yang menyenangkan dan edukatif, kami berusaha membantu anak-anak mengungkapkan perasaan mereka dan memberikan dukungan emosional yang dibutuhkan. Kami berharap, dengan kegiatan ini, anak-anak dapat merasa lebih tenang dan pulih dari trauma yang dialami,” ujar Papona.
Selain itu, kegiatan ini juga melibatkan Forum Anak Daerah yang bertindak sebagai teman sebaya dan pendamping bagi anak-anak yang mengikuti sesi trauma healing. Keberadaan mereka diharapkan dapat memberikan dukungan tambahan dan membangun rasa kebersamaan di antara para peserta.
Kegiatan trauma healing ini diharapkan dapat menjadi langkah awal dalam proses pemulihan psikologis anak-anak yang terdampak bencana, serta memberikan semangat baru bagi mereka untuk kembali menjalani kehidupan dengan optimisme.(stg/red)